Jumat, 14 Mei 2010

Memanfaatkan Social Media sebagai media promosi?

Udah jarang buka account facebook belakangan ini, karena setiap buka, selalu ada friend request, dan ternyata itu bukan sembarang friend. Ada yang namanya toko tas, jasa design, toko bunga, dan toko-toko yang lain. Yah, mungkin bisa dibilang, social media adalah tempat promosi murah. Siapapun bisa masuk kesana, yang penting punya email, sign up, verifikasi, selanjutnya terserah anda.

Sebenernya bukan hal yang aneh sih, udah marak dari beberapa tahun belakangan ini, cuma ada satu hal yang jadi perhatianku.

Mungkin ada satu hal yang banyak orang-orang lupa, bahwa social media adalah tempat manusia sekarang berkomunikasi. Dan pola komunikasi di social media, alurnya agak kurang jelas. Yang dalam teori komunikasi klasik, produsen sebagai komunikator, melempar pesan dan mendapat feedback dari konsumen, terlihat samar disini.

Seperti disebut oleh The Cluetrain Manifeseto: Markets are conversations. Di era social media, konsumen bukan lagi individu-individu pembeli, namun berjejering, yang saling bercakap-cakap satu sama lain. Jejaring konsumen yang saling bertukar info inilah yang membuat pasar menjadi kian cerdas dan kritis. Orang sekarang lebih percaya "apa kata teman" daripada "apa kata iklan".

Brand yang masuk ke social media, selayaknya harus siap dengan hal ini, bisa dibilang, pemasaran di social media karakternya adalah percakapan (conversations). Dan percakapan itu pada suatu titik harus bisa meningkat ke tahap engagement supaya bukan hanya meningkatkan brand awareness, tetapi juga dapat menciptakan selling dan brand loyalty.

Jadi mungkin yang perlu di perhatikan, adalah 2 kata kunci ini, conversations dan engagement.

Banyak brand melakukan percakapan yang sebenernya tidak bermakna untuk konsumen sehingga lama-kelamaan eksistensi mereka di social media diabaikan oleh pengguna social media. Banyak akun merek di social media yang mungkin jumlah fans/follower/friends – nya mencapai beribu-ribu. Tapi kalau diliat tidak melakukan percakapan. Para fans/follower/friends yang banyak itu menjadi fans/follower/friends “mati”.

Apalagi kalau brand itu hanya memasang foto-foto produk, update status berisi kata-kata promo "barang baru" "event baru" "buka cabang" dll, mungkin hanya mengena awareness bagi masyarakat, tidak sampai interest, desire kemudian action. Mereka hanya akan jadi "tontonan publik".

Kecenderungan masyarakat sekarang, haus akan info-info baru, apalagi seputar kehidupan mereka. Tanpa disuruhpun, mereka akan meneruskan info itu untuk teman-temannya. jika brand conversation dan mencapai engagement dengan konsumennya, mereka akan seperti memiliki marketing dan PR "gratisan" diluar sana. Jadi, mungkin dua hal tersebut (conversations dan engagement), alangkah baiknya kalau diperkuat dengan insight secara terus menerus.

- IMHO - CMIIW -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar